Saturday, May 12, 2012

9 Cra untuk mengembangkan kecerdasan emosi(EQ) anak.

Posted by deemd Saturday, May 12, 2012, under ,,, | No comments



Emotional Intelligence, atau EQ, merupakan indikator nonintelektual, yang berupa sifat psikologis individu. Jika seorang anak menunjukkan sifat suka menyendiri, perilaku yang abnormal, sulit bekerja sama, memiliki perasaan rendah diri, sangat rapuh dan tidak mampu menghadapi rintangan, sering menunjukkan ketidaksabaran, egois atau kurang memiliki kestabilan emosi, semuanya mungkin saja mengindikasikan EQ yang rendah. EQ sangat penting untuk keberhasilan hidup seseorang. Oleh karena itu, bagaimana membina dan meningkatkan EQ seorang anak menjadi masalah yang sangat penting. Hal-hal berikut ini memberikan panduan tentang cara membina EQ seorang anak.




1. Mendidik anak-anak untuk bertahan dalam situasi sulit

Ada cerita nyata tentang sekelompok anak yang pergi ke gunung untuk piknik. Mereka tersesat dalam perjalanan pulang dan harus menghadapi malam dalam keadaan lapar, lelah dan penuh ketakutan. Mereka merasa tidak punya harapan dan malam itu dilalui dengan penuh air mata. Salah satu anak berkata sambil menangis: Tidak ada yang akan menemukan kita dan kita semua akan mati di sini. Namun, Evelyn yang berumur 11 tahun berdiri dan berkata dengan tegas: "Tidak! Saya tidak akan mati! Ayah saya mengatakan bahwa selama kita berjalan mengikuti aliran, aliran akan membawa kita ke sebuah sungai, yang pada akhirnya membawa kita ke sebuah kota kecil. Saya berencana untuk berjalan di sepanjang sungai, kalian boleh mengikuti saya jika mau. Dipimpin oleh Evelyn, mereka berhasil keluar dari hutan. Kepercayaan diri, keberanian dan tekad yang dimiliki oleh Evelyn bukanlah sifat bawaan, tetapi adalah hasil asuhan, pendidikan dan pengaruh keluarga.
2. Menanamkan ketahanan dan pengendalian diri

Bagaimana cara melatih anak agar mampu mengendalikan diri? Misalnya, ketika anak menghabiskan uang saku mingguan lebih cepat dari yang seharusnya, orang tua dapat berkata: “Jika kamu berhasil menyimpan setengah jatah uangmu minggu ini, akan Ayah gandakan jumlah uang sakumu minggu depan.Jika kamu terbiasa menyimpan uang, walaupun itu hanya dalam jumlah kecil, kamu akan mampu membeli barang yang lebih besar.“

Hal yang sama juga berlaku bagi anak-anak saat menghadapi tantangan, seperti misalnya gagal ujian atau mendapat nilai tes yang buruk. Orangtua perlu mendorong anak-anak mereka untuk berusaha lebih keras dan tidak menyerah. Dengan kata lain, orang tua perlu mengajarkan mereka agar tahan dalam menghadapi rintangan.
3. Menghadapi dunia luar

Karena terlalu khawatir, banyak orangtua melarang anaknya pergi ke luar sendirian. Karena hal ini, anak-anak jadi kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dan bertemu orang baru. Ketika anak kecil melihat seseorang yang tidak ia kenal, ia mungkin akan menangis atau memilih menyendiri. Setelah tumbuh dewasa, mereka menjadi sensitif dan kurang berani untuk berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kurang percaya diri menyebabkan mereka tidak punya banyak teman. Ketika dewasa, mereka akan sulit mencapai potensi penuh yang dimiliki serta menghadapi kesulitan berurusan dengan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk memahami dunia luar. Orang tua juga harus memberikan kesempatan berinteraksi lebih banyak untuk anak-anak yang penakut. Seorang anak yang mampu menghadapi masyarakat tanpa rasa takut juga akan lebih percaya diri saat berhadapan dengan guru dan rekan-rekannya di sekolah.
4. Menumbuhkan rasa ingin tahu, kreativitas dan imajinasi

Anak-anak secara bawaan dilahirkan dengan rasa ingin tahu, sehingga, secara alami anak kecil akan tertarik menyentuh sesuatu, merasakan hal-hal dan bahkan membongkar barang-barang yang ia temui. Kadang-kadang, mereka bisa saja membuat berantakan seisi rumah. Ini adalah ekspresi dari kehausan mereka akan pengetahuan dan cara yang penting bagi mereka untuk memperoleh keterampilan baru. Dengan cara ini, mereka juga berusaha untuk memahami bagaimana sesuatu bekerja. Orang tua harus dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu anak. Ini dapat diwujudkan dengan menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu serta menggunakan barang-barang yang mereka minati.
5. Beri anak-anak kesempatan untuk melatih cara pikir mereka

Seorang anak laki-laki tidak bisa menaiki anak tangga karena dia terlalu kecil. Dia meminta ibunya untuk mengangkatnya. Ibunya berkata: “Kamu bisa melakukannya, coba gunakan akal dan pikirkan sejenak bagaimana melakukannya.” Kemudian, anak itu punya. ide: “ Jika saya pindahkan boks mainan saya di sini, saya dapat menggunakannya untuk pijakan”. Anak itu berpikir dan berusaha memecahkan masalah berkat nasihat ibunya. Hal ini memotivasi anak untuk menciptakan solusi. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak pendekatan masalah yang bisa dilakukan selama kita mencurahkan waktu sejenak untuk memikirkannya.
6. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan

Seorang gadis yang adalah pesenam berbakat berumur 12 tahun berbicara dengan pelatih senam kelas atas. Alih-alih meminta dia menunjukkan keterampilan senamnya, pelatih memberikan empat anak panah kecil kepadanya. Pelatih kemudian meminta dia melemparkan anak panah pada target di seberang kantornya. Gadis kecil dengan takut bertanya: ”Bagaimana jika saya meleset?” Pelatih memberitahu dia: “Anda harus berpikir tentang sukses, bukan sebaliknya.” Gadis itu melemparkan anak panah satu demi satu dan akhirnya berhasil mengenai pusat sasaran. Ajarkan pada mereka untuk pertama-tama berpikir akan kesuksesan, dan bukan kegagalan.Rasa percaya diri dan sikap positif akan membimbing mereka menuju jalan keberhasilan. Orang-orang sukses pertama-tama percaya bahwa mereka dapat berhasil.
7. Menangani masalah harga diri anak

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak akan membuat kesalahan. Jangan selalu berteriak pada mereka, seperti misalnya: “Mengapa kamu tidak pernah mendengarkan!” atau “Jangan sentuh ini! Jangan sentuh itu!” Perkataan-perkataan tersebut melemahkan rasa percaya diri dan harga diri anak.

Jika mereka melakukan perbuatan nakal atau merepotkan sekali-sekali, itu bukanlah masalah yang besar. Selalu berteriak dan bereaksi dengan keras terhadap setiap hal yang anak perbuat bisa jadi lebih berbahaya dan merusak dibanding kerusakan fisik yang anda tanggung pada barang-barang anda.
8. Lebih banyak dorongan dan dukungan

Tumbuh berkembang tidak akan pernah mulus sepanjang jalan. Akan ada tawa, air mata, frustrasi, serta kegagalan. Ketika beberapa aspirasi tidak tercapai, anak-anak membutuhkan lebih banyak dorongan dan bantuan dari Anda. Jangan ikut menurunkan semangat mereka. Jaga agar mereka senantiasa merasa terdukung. Mimpi adalah bahan bakar yang memotivasi kesuksesan.
9. Tanamkan rasa hormat pada orang lain, kerjasama dan semangat kerja tim

Masyarakat adalah kelompok kolektif dan semuanya berlangsung melalui hubungan antarindividu. Itulah sebabnya kita perlu belajar untuk berkomunikasi dengan semua orang dan saling melengkapi keunggulan satu sama lain. Orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka apa itu kerjasama yang baik. Dengan mengajarkan mereka untuk menghormati orang lain dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda, mereka dapat memiliki hubungan interpersonal yang lebih harmonis.

Keadaan emosional terbaik untuk anak-anak adalah kondisi yang penuh dengan kebahagiaan dan antusiasme. Ini adalah suatu keadaan di mana mereka memiliki hubungan interpersonal yang harmonis. Pada keadaan ini, mereka mengembangkan semua potensi mereka, menempatkan semua keterampilan dan bakat untuk digunakan secara penuh.

Friday, May 11, 2012

unik, identical twins

Posted by deemd Friday, May 11, 2012, under ,, | No comments


BUFFALO, N.Y. – Identical twins Julian and Adrian Riester were born seconds apart 92 years ago. They died hours apart this week. The Buffalo-born brothers were also brothers in the Roman Catholic Order of Friars Minor. Professed friars for 65 years, they spent much of that time working together at St. Bonaventure University, doing carpentry work, gardening and driving visitors to and from the airport and around town.
"It was fun to see them, just quiet, gentle souls," Yvonne Peace, who worked at the St. Bonaventure Friary for nearly 21 years, said Friday.
They died Wednesday at St. Anthony Hospital in St. Petersburg, Fla., Brother Julian in the morning and Brother Adrian in the evening.
Both died of heart failure, said Father James Toal, guardian of St. Anthony Friary in St. Petersburg, where the inseparable twins lived since moving from western New York in 2008.
"It really is almost a poetic ending to the remarkable story of their lives," St. Bonaventure spokesman Tom Missel said. "Stunning when you hear it, but hardly surprising given that they did almost everything together."
Julian and Adrian Riester were born Jerome and Irving on March 27, 1919, to a couple who already had five daughters. They took the names of saints upon their ordination in the Catholic church.
"Dad was a doctor and he said a prayer for a boy," Adrian once said, according to St. Bonaventure. "The Lord fooled him and sent two."
After attending St. Joseph's Collegiate Institute, the brothers were turned away by the military because of their eyesight, the university said. One had a bad left eye, the other a bad right eye.
Eventually they joined the friars of Holy Name Province in New York City. They received separate assignments before reuniting at the seminary at St. Bonaventure from 1951 to 1956. After serving parishes in Buffalo for 17 years, they returned to St. Bonaventure in 1973 and spent the next 35 years there.
They had separate rooms in the friary but one telephone extension that rang into both, Peace recalled. It was usually the more talkative Adrian who answered, though Julian possessed a quiet authority. They never said who was born first.
"Brother Julian was like the big brother. Brother Adrian would defer to him," Peace said. "They picked up one of our friars at the airport one time and the friar said, `Can I take you to dinner?'
"Brother Adrian looked at Brother Julian and said, `We aren't going to dinner?' `No, we'll go home,'" Peace said. "So that was it. No discussion, no contradicting. `No, we aren't going today.'"
Funeral services are scheduled for Monday at St. Mary Our Lady of Grace Church in St. Petersburg. Afterward, the brothers' bodies will be flown to Buffalo and buried Wednesday at St. Bonaventure Cemetery, across the street from the university.